Senin, 25 April 2011

ASKEP SEPSIS

ASKEP SEPSIS


A.    Pengertian

Sepsis merupakan respon sistemik terhadap bakteriemia. Pada saat bakteriemia menyebabkan perubahan dalam sirkulasi menimbulkan penurunan perfusi jaringan dan terjadi shock sepsis. Sekitar 40% pasien sepsis disebabkan oleh mikroorganisme gram-positive dan 60% disebabkan mikroorganisme gram-negative. Pada orang dewasa infeksi saluran kencing merupakan sumber utama terjadinya infeksi. Di rumah sakit kemungkinan sumber infeksi adalah luka dan kateter atau kateter intravena. Organisme yang paling sering menyebabkan sepsis adalah staphylococcus aureus dan pseudomonas sp.

B.    Etiologi dan Epidemiologi

Organisme tersering sebagai penyebab penyakit adalah Escherichia Coli dan streptokok grup B (dengan angka kesakitan sekitar 50 – 70 %), Stapylococcus aureus, enterokok, Klebsiella-Enterobacter sp., Pseudomonas aeruginosa, Proteus sp., Listeria monositogenes dan organisme yang anaerob.
Berikut adalah daftar sebagian yang singkat dari keduanya yaitu organisme dan istilah-istilah sistim organ (dan yang berhubungan dengan organ) yang terlihat di keduanya literatur awam dan medis:
•    MRSA sepsis: sepsis yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus yang resisten terhadap methicillin
•    VRE sepsis: sepsis yang disebabkan oleh jenis bakteri Enterococcus yang resisten terhadap vancomycin
•    urosepsis: sepsis yang berasal dari infeksi saluran kencing
•    wound sepsis: sepsis yang berasal dari infeksi luka
•    neonatal sepsis atau septicemia: sepsis yang terlihat pada bayi-bayi yang baru dilahirkan, biasanya pada empat minggu pertama setelah kelahiran
•    septic abortion: aborsi yang disebabkan oleh infeksi dengan sepsis pada ibu

C.    Tanda dan gejala

Pasien dengan sepsis dan shock sepsis merupakan penyakit akut. Pengkajian dan pengobatan sangat diperlukan. Pasien dapat meninggal karena sepsis. Gejala umum adalah:
a.    demam atau hypothermia
b.    berkeringat
c.    sakit kepala
d.    nyeri otot


Cari tahu sumber infeksi utama. Pertimbangkan sumber infeksi berikut:
a.    infeksi saluran kencing
b.    infeksi saluran pernapasan
c.    infeksi kulit
d.    meningitis
e.    endokarditis
f.    infeksi intra abdomen
g.    osteomyelitis
h.    penyakit inflamasi pelvis
i.    penyakit menular seksual

Pada pasien sepsis kemungkinan ditemukan:
a.    perubahan sirkulasi
b.    penurunan perfusi perifer
c.    tachycardia
d.    tachypnea
e.    pyresia atau temperature <36oC
f.    hypotensi




D.    Diagnosis

Pasien perlu memenuhi paling sedikit dua dari kriteria SIRS yang didaftar diatas dan mempunyai infeksi yang dicurigai atau terbukti. Diagnosis yang definitif tergantng pada pembiakn darah yang positif untuk agen infeksius dan paling sedikit dua dari kriteria SIRS. Bagaimanapun, dua subset dari empat kriteria tergantung pada analisa laboratorium; pemeriksaan-pemeriksaan sel darah putih dan PaCO2. Kriteriakriteria subset ini, seperti pembiakan-pembiakan darah, dilakukan di laboratorium-laboratorium klinik.

E.    Pengobatan

Bila dipikirkan diagnosis sepsis setelah pengambilan bahan untuk pembiakan selesai dilakukan, pembiakan dengan antibiotika harus segera dimulai. Pengobatan awal hendaknya tersendiri dari ampisilin dan gentamisin atau kanamisin secara intravena atau intramuskular.
Pengobatan suportif, termasuk penatalaksanaan keseimbangan cairan dan elektrolit, bantuan pernapasan, transfusi darah lengkap segar, transfusi leukosit, transfusi tukar, pengobatan terhadap DIC, dan tindakan-tindakan lain yang merupakan bantuang yang penting bagi pengobatan antibiotik.


F.    Pencegahan

Faktor-faktor risiko yang menjurus pada sepsis dapat dikurangi dengan banyak metode-metode. Mungkin cara yang paling penting untuk mengurangi kesempatan untuk sepsis adalah untuk pertama mencegah segala infeksi-infeksi. Vaksin-vaksin, kesehatan yang baik, mencuci tangan, dan menghndari sumber-sumber infeksi adalah metode-metode pencegahan yang baik sekali. Jika infeksi terjadi, perawatan segera dari segala infeksi sebelum ia mempunyai kesempatan untuk menyebar kedalam darah adalah mungkin untuk mencegah sepsis. Ini terutama penting pada pasien-pasien yang berisiko lebih besar untuk infeksi seperti mereka yang mempunyai sistim-sistim imun yang ditekan, mereka yang dengan kanker, orang-orang dengan diabetes, atau pasien-pasien kaum tua.
G. Temuan Pemeriksaan Diagnostik dan Laboratorium
a. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.
b. Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi dapat mendeteksi organisme.
c. DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan peningkatan neutrofil immatur yang menyatakan adanya infeksi.
d. Laju endah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat menandakan adanya infalamasi.

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN SEPSIS

PENGKAJIAN

1.    Identitas Klien
Riwayat Penyakit
a)    Keluhan utama
b)    Riwayat penyakit sekarang

c)    Riwayat penyakit dahulu.

d)    Riwayat penyakit keluarga


Airway
a.    yakinkan kepatenan jalan napas
b.    berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
c.    jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa segera mungkin ke ICU

Breathing
a.    kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala yang signifikan
b.    kaji saturasi oksigen
c.    periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan kemungkinan asidosis
d.    berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask
e.    auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada
f.        periksa foto thorak

Circulation
a.    kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan
b.    monitoring tekanan darah, tekanan darah <>
c.    periksa waktu pengisian kapiler
d.    pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar
e.    berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel
f.    pasang kateter
g.    lakukan pemeriksaan darah lengkap
h.    siapkan untuk pemeriksaan kultur
i.    catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature kurang dari 36oC
j.    siapkan pemeriksaan urin dan sputum
k.    berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.

Disability
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik).
a. kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU.


Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.
Tanda ancaman terhadap kehidupan
Sepsis yang berat didefinisikan sebagai sepsis yang menyebabkan kegagalan fungsi organ. Jika sudah menyembabkan ancaman terhadap kehidupan maka pasien harus dibawa ke ICU, adapun indikasinya sebagai berikut:
a.    penurunan fungsi ginjal
b.    penurunan fungsi jantung
c.    hyposia
d.    asidosis
e.    gangguan pembekuan
f.    acute respiratory distress syndrome (ARDS) – tanda cardinal oedema pulmonal.

2. Diagnosa Keperawatan yang Muncul
a. Infeksi yang berhubungan dengan penularan infeksi pada bayi sebelum, selama dan sesudah kelahiran.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan minum sedikit atau intoleran terhadap minuman.
c. Gangguan pola pernapasan yang berhubungan dengan apnea.
d. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan penularan infeksi pada bayi oleh petugas.
e. Koping individu efektif yang berhubungan dengan kesalahan dan kecemasan-kecemasan infeksi pada bayi dan konsekuensi yang serius dari infeksi.

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan 1 : Infeksi yang berhubungan dengan penu;aran ifneksi pada bayi sebelum, selama dan sesudah kelahiran.
Tujuan 1 : Mengenali secara dini bayi yang mempunyai resiko menderita infeksi.
Kriteria evaluasi : penularan infeksi tidak terjadi.
Intervensi :
a. Kaji bayi yang memiliki resiko menderita infeksi meliputi :
- Kecil untuk masa kehamilan, besar untuk masa kehamilan, prematur.
- Nilai apgar dibawah normal
- Bayi mengalami tindakan operasi
- Epidemi infeksi dibangsal bayi dengan kuman E. coli Streptokokus
- Bayi yang megalami prosedur invasif
- Kaji riwayat ibu, status sosial ekonomi, flora vagina, ketuban pecah dini, dan infeksi yang diderita ibu.
b. Kaji adanya tanda infeksi meliputi suhu tubuh yang tidak stabil, apnea, ikterus, refleks mengisap kurang, minum sedikit, distensi abdomen, letargi atau iritablitas.
c. Kaji tanda infeksi yang berhubungan dengan sistem organ, apnea, takipena, sianosis, syok, hipotermia, hipertermia, letargi, hipotoni, hipertoni, ikterus, ubun-ubun cembung, muntah diare.
d. Kaji hasil pemeriksaan laboratorium
e. Dapatkan sampel untuk pemeriksaaan kultur.
Tujuan 2 : Mencegah dan meminimalkan infeksi dan pengaruhnya intercensi keperawatan.
a. Berikan suhu lingkungan yang netral
b. Berikan cairan dan nutrisi yang dibutuhkan melalui infus intravena sesuai berat badan, usia dan kondisi.
c. Pantau tanda vital secara berkelanjutan
d. Berikan antibiotik sesuai pesanan
e. Siapkan dan berikan cairan plasma segar intravena sesuai pesanan
f. Siapkan untuk transfusi tukar dengan packed sel darah merah atas indikasi sepsis.

Diagnosa Keperawatan 2 : Nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan minum sedikit atau intoleran terhadap minuman.
Tujuan : memelihara kebutuhan nutrisi bayi, berat badan bayi tidak tujuan, menunjukkan kenaikan berat badan.
Kriteria hasil : nutrisi dan cairan adekuat.
Intervensi keperawatan :
a. Kaji intoleran terhadap minuman
b. Hitung kebutuhan minum bayi
c. Ukur masukan dan keluaran
d. Timbang berat badan setiap hari
e. Catat perilaku makan dan aktivitas secara kurat
f. Pantau koordinasi refleks mengisap dan menelan
g. Ukur berat jenis urine
h. Berikan minuman yang adekuat dengan cara pemberian sesuai kondisi
i. Pantai distensi abdomen (residu lambang)

Diagnosa Keperawatan 3 : Gangguan pola pernafasan yang berhubungan dengan apnea.
Tujuan : mengatur dan membantu usaha bernpaas dan kecukupan oksigen.
Kriteria hasil : frekuensi pernapasan normal, tidak mengalami apneu.
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji perubahan pernapasan meliputi takipnea, pernapasan cuping hidung, gunting,sianosis, ronki kasar, periode apnea yang lebih dari 10 detik.
b. Pantau denyut jantung secara elektronik untuk mengetahui takikardia atau bradikardia dan perubahan tekanan darah.
c. Sediakan oksigen lembap dan hangat dengan kadar T1O2 yang rendah untuk menjaga pengeluaran energi dan panas.
d. Sediakan alat bantu pernapasan atau ventilasi mekanik
e. Isap lendir atau bersihkan jalan napas secara hati-hati
f. Amati gas darah yang ada atua pantau tingkat analisis gas darah sesuai kebutuhan.
g. Atur perawatan bayi dan cegah penanganan yang berlebihan.

Diagnosa Keperawatan 4 : Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan penularan infeksi pada bayi oleh petugas.
Tujuan : menceghah terjadinya infeksi nasokomial
Kriteria hasil : cedera pada bayi tidak terjadi.
Intervensi keperawatan :
a. Lakukan tindakan pencegahan umum, taati aturan/kebijakan keberhasilan kamar bayi.
b. Isolasi bayi yang datang dari luar ruang perawatan sampai hasil kultur dinyatakan negatif.
c. Keluarkan bayi dari ruang perawatan atua ruang isolasi yang ibunya menderita infeksi dan beri tahu tentang penyakitnya.
d. Semua personel atau petugas perawatan didalam ruang atau saat merawat bayi tidak menderita demam, penyakit pernapasan atau gastrointestinal, luka terbuka dan penyakit menular lainnya.
e. Sterilkan semua peralatan yang dipakai, ganti selang dan air humidifier dengan yang steril setiap hari atau sesuai ketentuan rumah sakit.
f. Bersihkan semua tempat tidur bayi dan inkubator berserta peralatannya dengan larutan anti septik tiap minggu atau sesudah digunakan.
g. Bersihkan semua tempat tidur bayi dan inkubator beserta peralatannya dengan larutan antiseptik tiap minggu atau sesudah digunakan.
h. Laksanakan secara steril semua prosedur tindakan dalam melakukan perawatan.
i. Semua perawat atau petugas lain mencuci tangan sesuai ketentuan setiap sebelum dan sesudah merawat atau memegang bayi.
j. Ambil sampel untuk kultur dari peralatan bahan persedian dan banyak bahan lain yang terkontaminasi diruang perawatan.
k. Jelaskan orang tua dan keluarga, ketentuan yang harus ditaati saat mengunjungi bayi.

Diagnosa Keperawatan 5 : Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan kesalahan dan kecemasan, penularan infeksi pada bayi dan konsekwensi yang serius dari infeksi.
Tujuan : meminimalkan kesalahan orang tua dan memberi dukungan koping saat krisis.
Kriteria hasil : koping individu adekuat.
Intervensi keperawatan :
a. Kaji ekspresi verbal dan non verbal, perasaan dan gunakan mekanisme koping
b. Bantu orang tua untuk mengatakan konsepnya tentang penyakit bayi, penyebab infeksi, lama perawatan dan komplikasi yang mungkin terjadi.
c. Berikan informasi yang akurat tentang kondisi bayi, kemajuan yang dicapai, perawatan selanjutnya dan komplikasi yang dapat terjadi.
d. Berdasarkan perasaan orang tua saat berkunjung, beri kesempatan untuk merawat bayi.

2 komentar: