Senin, 25 April 2011

ASKEP SEPSIS

ASKEP SEPSIS


A.    Pengertian

Sepsis merupakan respon sistemik terhadap bakteriemia. Pada saat bakteriemia menyebabkan perubahan dalam sirkulasi menimbulkan penurunan perfusi jaringan dan terjadi shock sepsis. Sekitar 40% pasien sepsis disebabkan oleh mikroorganisme gram-positive dan 60% disebabkan mikroorganisme gram-negative. Pada orang dewasa infeksi saluran kencing merupakan sumber utama terjadinya infeksi. Di rumah sakit kemungkinan sumber infeksi adalah luka dan kateter atau kateter intravena. Organisme yang paling sering menyebabkan sepsis adalah staphylococcus aureus dan pseudomonas sp.

B.    Etiologi dan Epidemiologi

Organisme tersering sebagai penyebab penyakit adalah Escherichia Coli dan streptokok grup B (dengan angka kesakitan sekitar 50 – 70 %), Stapylococcus aureus, enterokok, Klebsiella-Enterobacter sp., Pseudomonas aeruginosa, Proteus sp., Listeria monositogenes dan organisme yang anaerob.
Berikut adalah daftar sebagian yang singkat dari keduanya yaitu organisme dan istilah-istilah sistim organ (dan yang berhubungan dengan organ) yang terlihat di keduanya literatur awam dan medis:
•    MRSA sepsis: sepsis yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus yang resisten terhadap methicillin
•    VRE sepsis: sepsis yang disebabkan oleh jenis bakteri Enterococcus yang resisten terhadap vancomycin
•    urosepsis: sepsis yang berasal dari infeksi saluran kencing
•    wound sepsis: sepsis yang berasal dari infeksi luka
•    neonatal sepsis atau septicemia: sepsis yang terlihat pada bayi-bayi yang baru dilahirkan, biasanya pada empat minggu pertama setelah kelahiran
•    septic abortion: aborsi yang disebabkan oleh infeksi dengan sepsis pada ibu

C.    Tanda dan gejala

Pasien dengan sepsis dan shock sepsis merupakan penyakit akut. Pengkajian dan pengobatan sangat diperlukan. Pasien dapat meninggal karena sepsis. Gejala umum adalah:
a.    demam atau hypothermia
b.    berkeringat
c.    sakit kepala
d.    nyeri otot


Cari tahu sumber infeksi utama. Pertimbangkan sumber infeksi berikut:
a.    infeksi saluran kencing
b.    infeksi saluran pernapasan
c.    infeksi kulit
d.    meningitis
e.    endokarditis
f.    infeksi intra abdomen
g.    osteomyelitis
h.    penyakit inflamasi pelvis
i.    penyakit menular seksual

Pada pasien sepsis kemungkinan ditemukan:
a.    perubahan sirkulasi
b.    penurunan perfusi perifer
c.    tachycardia
d.    tachypnea
e.    pyresia atau temperature <36oC
f.    hypotensi




D.    Diagnosis

Pasien perlu memenuhi paling sedikit dua dari kriteria SIRS yang didaftar diatas dan mempunyai infeksi yang dicurigai atau terbukti. Diagnosis yang definitif tergantng pada pembiakn darah yang positif untuk agen infeksius dan paling sedikit dua dari kriteria SIRS. Bagaimanapun, dua subset dari empat kriteria tergantung pada analisa laboratorium; pemeriksaan-pemeriksaan sel darah putih dan PaCO2. Kriteriakriteria subset ini, seperti pembiakan-pembiakan darah, dilakukan di laboratorium-laboratorium klinik.

E.    Pengobatan

Bila dipikirkan diagnosis sepsis setelah pengambilan bahan untuk pembiakan selesai dilakukan, pembiakan dengan antibiotika harus segera dimulai. Pengobatan awal hendaknya tersendiri dari ampisilin dan gentamisin atau kanamisin secara intravena atau intramuskular.
Pengobatan suportif, termasuk penatalaksanaan keseimbangan cairan dan elektrolit, bantuan pernapasan, transfusi darah lengkap segar, transfusi leukosit, transfusi tukar, pengobatan terhadap DIC, dan tindakan-tindakan lain yang merupakan bantuang yang penting bagi pengobatan antibiotik.


F.    Pencegahan

Faktor-faktor risiko yang menjurus pada sepsis dapat dikurangi dengan banyak metode-metode. Mungkin cara yang paling penting untuk mengurangi kesempatan untuk sepsis adalah untuk pertama mencegah segala infeksi-infeksi. Vaksin-vaksin, kesehatan yang baik, mencuci tangan, dan menghndari sumber-sumber infeksi adalah metode-metode pencegahan yang baik sekali. Jika infeksi terjadi, perawatan segera dari segala infeksi sebelum ia mempunyai kesempatan untuk menyebar kedalam darah adalah mungkin untuk mencegah sepsis. Ini terutama penting pada pasien-pasien yang berisiko lebih besar untuk infeksi seperti mereka yang mempunyai sistim-sistim imun yang ditekan, mereka yang dengan kanker, orang-orang dengan diabetes, atau pasien-pasien kaum tua.
G. Temuan Pemeriksaan Diagnostik dan Laboratorium
a. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.
b. Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi dapat mendeteksi organisme.
c. DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan peningkatan neutrofil immatur yang menyatakan adanya infeksi.
d. Laju endah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat menandakan adanya infalamasi.

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN SEPSIS

PENGKAJIAN

1.    Identitas Klien
Riwayat Penyakit
a)    Keluhan utama
b)    Riwayat penyakit sekarang

c)    Riwayat penyakit dahulu.

d)    Riwayat penyakit keluarga


Airway
a.    yakinkan kepatenan jalan napas
b.    berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
c.    jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa segera mungkin ke ICU

Breathing
a.    kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala yang signifikan
b.    kaji saturasi oksigen
c.    periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan kemungkinan asidosis
d.    berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask
e.    auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada
f.        periksa foto thorak

Circulation
a.    kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan
b.    monitoring tekanan darah, tekanan darah <>
c.    periksa waktu pengisian kapiler
d.    pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar
e.    berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel
f.    pasang kateter
g.    lakukan pemeriksaan darah lengkap
h.    siapkan untuk pemeriksaan kultur
i.    catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature kurang dari 36oC
j.    siapkan pemeriksaan urin dan sputum
k.    berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.

Disability
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik).
a. kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU.


Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.
Tanda ancaman terhadap kehidupan
Sepsis yang berat didefinisikan sebagai sepsis yang menyebabkan kegagalan fungsi organ. Jika sudah menyembabkan ancaman terhadap kehidupan maka pasien harus dibawa ke ICU, adapun indikasinya sebagai berikut:
a.    penurunan fungsi ginjal
b.    penurunan fungsi jantung
c.    hyposia
d.    asidosis
e.    gangguan pembekuan
f.    acute respiratory distress syndrome (ARDS) – tanda cardinal oedema pulmonal.

2. Diagnosa Keperawatan yang Muncul
a. Infeksi yang berhubungan dengan penularan infeksi pada bayi sebelum, selama dan sesudah kelahiran.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan minum sedikit atau intoleran terhadap minuman.
c. Gangguan pola pernapasan yang berhubungan dengan apnea.
d. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan penularan infeksi pada bayi oleh petugas.
e. Koping individu efektif yang berhubungan dengan kesalahan dan kecemasan-kecemasan infeksi pada bayi dan konsekuensi yang serius dari infeksi.

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan 1 : Infeksi yang berhubungan dengan penu;aran ifneksi pada bayi sebelum, selama dan sesudah kelahiran.
Tujuan 1 : Mengenali secara dini bayi yang mempunyai resiko menderita infeksi.
Kriteria evaluasi : penularan infeksi tidak terjadi.
Intervensi :
a. Kaji bayi yang memiliki resiko menderita infeksi meliputi :
- Kecil untuk masa kehamilan, besar untuk masa kehamilan, prematur.
- Nilai apgar dibawah normal
- Bayi mengalami tindakan operasi
- Epidemi infeksi dibangsal bayi dengan kuman E. coli Streptokokus
- Bayi yang megalami prosedur invasif
- Kaji riwayat ibu, status sosial ekonomi, flora vagina, ketuban pecah dini, dan infeksi yang diderita ibu.
b. Kaji adanya tanda infeksi meliputi suhu tubuh yang tidak stabil, apnea, ikterus, refleks mengisap kurang, minum sedikit, distensi abdomen, letargi atau iritablitas.
c. Kaji tanda infeksi yang berhubungan dengan sistem organ, apnea, takipena, sianosis, syok, hipotermia, hipertermia, letargi, hipotoni, hipertoni, ikterus, ubun-ubun cembung, muntah diare.
d. Kaji hasil pemeriksaan laboratorium
e. Dapatkan sampel untuk pemeriksaaan kultur.
Tujuan 2 : Mencegah dan meminimalkan infeksi dan pengaruhnya intercensi keperawatan.
a. Berikan suhu lingkungan yang netral
b. Berikan cairan dan nutrisi yang dibutuhkan melalui infus intravena sesuai berat badan, usia dan kondisi.
c. Pantau tanda vital secara berkelanjutan
d. Berikan antibiotik sesuai pesanan
e. Siapkan dan berikan cairan plasma segar intravena sesuai pesanan
f. Siapkan untuk transfusi tukar dengan packed sel darah merah atas indikasi sepsis.

Diagnosa Keperawatan 2 : Nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan minum sedikit atau intoleran terhadap minuman.
Tujuan : memelihara kebutuhan nutrisi bayi, berat badan bayi tidak tujuan, menunjukkan kenaikan berat badan.
Kriteria hasil : nutrisi dan cairan adekuat.
Intervensi keperawatan :
a. Kaji intoleran terhadap minuman
b. Hitung kebutuhan minum bayi
c. Ukur masukan dan keluaran
d. Timbang berat badan setiap hari
e. Catat perilaku makan dan aktivitas secara kurat
f. Pantau koordinasi refleks mengisap dan menelan
g. Ukur berat jenis urine
h. Berikan minuman yang adekuat dengan cara pemberian sesuai kondisi
i. Pantai distensi abdomen (residu lambang)

Diagnosa Keperawatan 3 : Gangguan pola pernafasan yang berhubungan dengan apnea.
Tujuan : mengatur dan membantu usaha bernpaas dan kecukupan oksigen.
Kriteria hasil : frekuensi pernapasan normal, tidak mengalami apneu.
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji perubahan pernapasan meliputi takipnea, pernapasan cuping hidung, gunting,sianosis, ronki kasar, periode apnea yang lebih dari 10 detik.
b. Pantau denyut jantung secara elektronik untuk mengetahui takikardia atau bradikardia dan perubahan tekanan darah.
c. Sediakan oksigen lembap dan hangat dengan kadar T1O2 yang rendah untuk menjaga pengeluaran energi dan panas.
d. Sediakan alat bantu pernapasan atau ventilasi mekanik
e. Isap lendir atau bersihkan jalan napas secara hati-hati
f. Amati gas darah yang ada atua pantau tingkat analisis gas darah sesuai kebutuhan.
g. Atur perawatan bayi dan cegah penanganan yang berlebihan.

Diagnosa Keperawatan 4 : Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan penularan infeksi pada bayi oleh petugas.
Tujuan : menceghah terjadinya infeksi nasokomial
Kriteria hasil : cedera pada bayi tidak terjadi.
Intervensi keperawatan :
a. Lakukan tindakan pencegahan umum, taati aturan/kebijakan keberhasilan kamar bayi.
b. Isolasi bayi yang datang dari luar ruang perawatan sampai hasil kultur dinyatakan negatif.
c. Keluarkan bayi dari ruang perawatan atua ruang isolasi yang ibunya menderita infeksi dan beri tahu tentang penyakitnya.
d. Semua personel atau petugas perawatan didalam ruang atau saat merawat bayi tidak menderita demam, penyakit pernapasan atau gastrointestinal, luka terbuka dan penyakit menular lainnya.
e. Sterilkan semua peralatan yang dipakai, ganti selang dan air humidifier dengan yang steril setiap hari atau sesuai ketentuan rumah sakit.
f. Bersihkan semua tempat tidur bayi dan inkubator berserta peralatannya dengan larutan anti septik tiap minggu atau sesudah digunakan.
g. Bersihkan semua tempat tidur bayi dan inkubator beserta peralatannya dengan larutan antiseptik tiap minggu atau sesudah digunakan.
h. Laksanakan secara steril semua prosedur tindakan dalam melakukan perawatan.
i. Semua perawat atau petugas lain mencuci tangan sesuai ketentuan setiap sebelum dan sesudah merawat atau memegang bayi.
j. Ambil sampel untuk kultur dari peralatan bahan persedian dan banyak bahan lain yang terkontaminasi diruang perawatan.
k. Jelaskan orang tua dan keluarga, ketentuan yang harus ditaati saat mengunjungi bayi.

Diagnosa Keperawatan 5 : Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan kesalahan dan kecemasan, penularan infeksi pada bayi dan konsekwensi yang serius dari infeksi.
Tujuan : meminimalkan kesalahan orang tua dan memberi dukungan koping saat krisis.
Kriteria hasil : koping individu adekuat.
Intervensi keperawatan :
a. Kaji ekspresi verbal dan non verbal, perasaan dan gunakan mekanisme koping
b. Bantu orang tua untuk mengatakan konsepnya tentang penyakit bayi, penyebab infeksi, lama perawatan dan komplikasi yang mungkin terjadi.
c. Berikan informasi yang akurat tentang kondisi bayi, kemajuan yang dicapai, perawatan selanjutnya dan komplikasi yang dapat terjadi.
d. Berdasarkan perasaan orang tua saat berkunjung, beri kesempatan untuk merawat bayi.

Selasa, 12 April 2011

Dalam Kenangan Hujan


Dalam Kenangan Hujan

Ketika itu rintiknya terasa deras
Hujan yang menemani kesendirian
Terdiam ku disisi balkon itu
Menunggu menanti sebari ditemani sunyi

Basah pun ikut menjadi teman
Terciptar derasnya tetesan hujan
Membawa dingin disisi masa
Ketika waktu berjalan takterasa

Satu gambaran wajah terlukis kala hujan
Seperti terlukis dari rintikan tetes air hujan
Jelas teringat namun sulit tuk terlihat
Gambaran kerinduan orang yang menyenagi hujan

Perlahan rintikan itu membawa kesebuah nostalgia
Sebuah nostalgia yang begitu indah dan menyejukan
Nostalgia yang tak mungkin terlupakan
Kenagan indah bersama orang yang menyenangi hujan

Penulis : Haris Bp

Kamis, 07 April 2011

free counters

Pemenuhan Oksigenasi

 Pengertian    :
Merupakan prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dengan menggunakan alat bantu oksigen.
Pemberian oksigen pada klien dapat melalui tiga cara, yaitu: kateter nasal, kanula nasal dan masker oksigen.

Tujuan        :
  1. Memenuhi kebutuhan oksigen.
  2. Mencegah terjadi hipoksia.

Kebijakan    :

Alat dan bahan:
  1. Tabung oksigen atau outlet oksigen sentral dengan flowmeter dan humidifier.
  2. Kateter nasal, kabnula nasal atau masker.
  3. Vaselin / jely.

Prosedur        :
A. Menggunakan kateter nasal


  1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
  2. Cuci tangan
  3. Observasi humidifier dengan melihat jumlah air yang sdah disiapkan sesuai level yang telah ditetapkan.
  4. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, kemudian observasi humidifier pada tabung air dengan menunjukkan adanya gelembung air.
  5. Atur posisi dengan semi fowler.
  6. Ukur kateter nasal dimulai dari lubang telinga sampai ke hidung dan berikan tanda.
  7. Buka saluran udara dari flommeter oksigen.
  8. Berikan minyak pelumas (vaselin/jely).
  9. Masukkan ke dalam hidung sampai datas yang ditentukan.
  10. Lalukan pengecekan kateter apakah sudah masuk atau belum dengan menekan lidah pasien dengan menggunakan spatel (akan terlihat posisinya di bawah uvula).
  11. Fiksasi pada daerah hidung.
  12. Periksa kateter nasal setiap 6 – 8 jam.
  13. Kaji cuping hidung, septum, mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respon pasien.
  14. Cuci tangan seterlah prosedur dilakukan.

B. Menggunakan kanula nasal


  1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
  2. Cuci tangan
  3. Observasi humidifier dengan melihat jumlah air yang sudah disiapkan sesuai level yang telah ditetapkan.
  4. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, kemudian observasi humidifier pada tabung air dengan menunjukkan adanya gelembung air.
  5. Pasang kanula nasal pada hidung dan atur pengikat untuk kenyamanan pasien.
  6. Periksa kanula nasal setiap 6 – 8 jam.
  7. Kaji cuping hidung, septum, mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respon pasien.
  8. Cuci tangan seterlah prosedur dilakukan.


C.    Menggunakan masker oksigen

  1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
  2. Cuci tangan
  3. Atur posisi semi fowler.
  4. Observasi humidifier dengan melihat jumlah air yang sudah disiapkan sesuai level yang telah ditetapkan.
  5. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, kemudian observasi humidifier pada tabung air dengan menunjukkan adanya gelembung air.
  6. Tempatkan masker oksigen diatas mulut dan hidung pasien dan atur pengikat untuk kenyamanan pasien.
  7. Periksa kanula nasal setiap 6 – 8 jam.
  8. Kaji cuping hidung, septum, mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respon pasien.
  9. Cuci tangan seterlah prosedur dilakukan.

Fisiotherapi dada


Pengertian    :
Merupakan tindakan perawatan dengan melakukan drainage postural, clapping dan vibrating pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan.
Tindakan postural merupakan tindakan dengan menempatkan pasien dalam berbagai posisi untuk mengalirkan sekret di saluran pernafasan. Tindakan drainage postural diikuti dengan tindakan clapping (penepukan) dan vibrasi.

Tujuan        :
  1. Meningkatkan efisiensi pola pernafasan.
  2. Membersihkan jalan napas.

Kebijakan    :

Alat dan bahan:
  1. Pot sputum berisi desinfeksi
  2. Kertas tisue
  3. Dua balok tempat tidur (untuk drainage postural).
  4. Satu bantal (untuk drainage postural).
  5. Stetoskop.

Prosedur        :
A. Drainage p[ostural


  • Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
  • Cuci tangan
  • Atur Posisi:
    • Semi fowler bersandar ke kanan, ke kiri lalu ke depan apabila daerah yang akan di di drainage pada lobus atas bronkus apikal.
    • Tegak dengan sudut 45 derajat membungkuk ke depan pada bantal dengan 45 derajat ke kiri dan kanan apabila daerah yang akan di drainage bronkus podterior.
    • Berbaring dengan bantal di bawah lutut apabila yang akan didrainage brokus anterior.
    • Posisi trendelenberg dengan sudut 30 derajad atau menaikkan kaki tempat tidur 35 – 40 cm, sedikit miring ke kiri apabila yang akan di drainage pada lobus tengah (bronkus lateral dan medial).
    • Posisi trendelenberg dengan sudut 30 derajad atau menaikkan kaki tempat tidur 35 – 40 cm, sedikit miring ke kanan iri apabila daerah yang akan di drainage pada bronkus superior dan inferior).
    • Condong dengan bantal di bawah panggul apabila ynag didrainage bronkus apikal.
    • Posisi trendelenberg dengan sudut 45 derajad atau dengan menaikkan kaki tempat tidur 45 – 50 cm, miring ke samping kanan, apabila yang akan di drainage bronkus medial.
    • Posisi trendelenberg dengan sudut 45 derajad atau dengan menaikkan kaki tempat tidur 45 – 50 cm, miring ke samping kiri, apabila yang akan di drainage bronkus lateral.
    • Posisi trendelenberg condong sudut 45 derajad dengan bantal di bawah panggul, apabila yang akan di drainage brokus posterior.
  • Lama pengaturan posisi pertama kali adalah 10 menit, kemudian periode selanjutnya kurang lebih 15 – 30 menit.
  • Lakukan observasi tanda vital selama prosedur.
  • Setelah pelaksanaan drainage lakukan clapping, vibrasi, dan pengisapan lendir (suction).
  • Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.


B. Clapping dan Vibrasi


  1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
  2. Cuci tangan
  3. Atur Posisi sesuai dengan postural drainage.
  4. Lakukan clapping dan vibrasi pada:
    1. Seluruh lebar bahu atau meluas beberapa jari ke klavikula apabila daerah paru yang perlu di clapping/vibrasi adalah daerah bronkus apikal.
    2. Lebar bahu kanan masing-masing sisi apabila yang akan di clapping/vibrasi adalah daerah bronkus posterior.
    3. Dada depan di bawah klavikula, apabila yang akan di clapping/vibrasi adalah daerah bronkus anterior.
    4. Anterior dan lateral dada kanan dan lipat ketiak sampai mid anterior dada apabila yang akan di clapping/vibrasi adalah daerah lobus tengah (bronkus lateral dan medial).
    5. Lipat ketiak kiri sampai midanterior dada apabila yang diclapping dan vibrasi adalah daerah bronkus superior dan inferior.
    6. Sepertiga bawah kosta posterior kedua sisi, apabila yang diclapping dan vibrasi adalah daerah bronkus apikal.
    7. Sepertiga bawah kosta posterior kedua sisi, apabila yang diclapping dan vibrasi adalah daerah bronkus medial.
    8. Sepertiga bawah kosta posterior kanan, apabila yang diclapping dan vibrasi adalah daerah bronkus lateral.
    9. Sepertiga bawah kosta posterior kedua sisi, apabila yang diclapping dan vibrasi adalah daerah bronkus posterior.

  5. Lakukan clapping dan vibrasi selama lurang lebih satu menit.
  6. Setelah dilakukan tindakan drainage postural, clapping dan vibrasi dapat dilakukan tindakan pengisapan lendir (lihat tindakan penghisapan lendir/suction).
  7. Lakukan auskultasi pada daerah paru yang dilakukan tindakan drainage postural, clapping dan vibrasi.
  8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.



PENGHISAPAN LENDIR

Pengertian    :
Penghisapan lendir (suction) merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lendir secara mandiri dengan menggunakan alat penghisap.

Tujuan        :
  1. Membersihkan jalan napas.
  2. Memenuhi kebutuhan oksigenasi.

Kebijakan    :

Alat dan bahan:
  1. Alat penghisap lendir dengan botol berisi larutan desinfektan.
  2. Kateter penghisap lendir steril.
  3. Pinset steril.
  4. Sarung tangan steril.
  5. Dua kom berisi larutan aquades atau NaCl 0,9 % dan larutan desinfektan.
  6. Kasa steril.
  7. Kertas tissue.
  8. Stetoskop.

Prosedur        :

  1. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
  2. Cuci tangan
  3. Tempatkan pasien pada posisi telentang dengan kepala miring ke arah perawat.
  4. Gunakan sarung tangan.
  5. Hubungkan kateter penghisap dengan slang alat penghisap.
  6. Mesin penghisap dihidupkan.
  7. Lakukan penghiusapan lendir dengan memasukkan kateter penghisap ke dalam kom berisi aquadest atau NaCl 0,9 % untuk mempertahankan kesterilan.
  8. Masukkan kateter penghisap dalam keadaan tidak menghisap.
  9. Gunakan alat penghisap dengan tekanan 110 – 150 mm Hg untuk dewasa, 95 – 110 mm Hg untuk anak-anak, dan 50 – 95 ,, Hg untuk bayi (Potter dan Perry, 1995).
  10. Tarik dengan memutar kateter penghisap tidak lebih dari 15 detik.
  11. Bilas kateter dengan aquades atau NaCl 0,9%.
  12. Lakuka penghisapan antara penghisapan pertama dengan berikutnya, minta pasien untuk bernapas dalam dan batuk. Apabila pasien mengalami distres pernapasan, biarkan istirahat 20 – 30 detik seblum melakukan penghisapan berikutnya.
  13. Setelah selesai, kaji jumlah, konsistensi, warna, bau sekret, dan respon pasien terhadap prosedur yang dilakukan.
  14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.