PENDAHULUAN
Proses  penuaan meupakan proses yang dialami setiap makhluk hidup. Hal ini  dapat berlangsung secara fisiologis maupun patologis. Umur manusia telah  ditentukan, namun banyak faktor yang dapat mempengaruhinya. Pertumbuhan  manusia normal dapat digambarkan seperti gunung. Tahap pertama  meningkat, mencapai puncak  (saat  manusia berumur 20-an), tiba tahap kedua menurun. Dengan sendirinya ,  jika proses penuaan dapat dihentikan saat manusia berada di puncak,  kemudaannya akan bertambah.
Banyak  teori yang menjelaskan mengenai proses penuaan sel antara lain teori  Telomere, Teori “wear-and tear”, Teori Mutasi Somatik, Teori “akumulasi  kesalahan” ,Teori akumulasi sampah, Teori autoimun, teori “Aging-Clock”,  Teori “Cross-Linkage”, Teori “radikal bebas “,Mitohormesis.Dan sekarang  yang paling sering dianut adalah teori Telomer. Namun demikian proses  penuaan sel adalah multifaktorial baik secara intrinsik maupun  ekstrinsik.
Dengan  mengetahui proses penuaan ini, banyak orang yang berusaha untuk  menghindari dari proses penuaan tersebut dengan munculnya produk- produk  “Anti Aging”. Dimana produk yang paling sering digunakan adalah produk  yang memakai teori “Free-Radical”. 
PROSES PENUAAN
Proses  penuaan merupakan proses yang berhubungan dengan umur seseorang.  Manusia mengalami perubahan sesuai dengan bertambahnya umur seseorang  tersebut. Semakin bertambah umur  semakin berkurang fungsi-fungsi organ tubuh. Hal ini dapat kita lihat dari perbandingan struktur dan fungsi organ  antara manusia yang berumur 70 tahun dengan mereka yang berumur 30 tahun yaitu :
- berat otak                                         56%
- Aliran darah ke otak                        80%
- CardiacOutput                                 70 %
- Jumlah glomerulus                          56%
- Glomerular filtration rate                 69%
- Vital capacity                                  56%
- Asupan O2 selama olahraga             40%
- Jumlah dari axon pada saraf spinal   63%
- Kecepatan pengantar inpuls saraf     90%
- Berat badan                                       88%
Banyak  faktor yang mempengaruhi proses penuaan tersebut sehingga muncullah  teori-teori yang menjelaskan mengenai faktor penyebab proses penuaan  ini.Diantara teori yang terkenal adalah teori Telomere dan teori radikal  bebas.
Adapun faktor yang mempengaruhi proses penuaan tersebut dapat dibagi atas dua bagian yaitu :
- Faktor genetik, yang melibatkan :
 
-          “ jam gen “
-          Perbaikan DNA
-          Respon terhadap stress
-          Pertahanan terhadap antioksidan
- Faktor lingkungan, yang melibatkan:
 
-          pemasukan kalori
-          penyakit-penyakit
-          Stress dari luar (misalnya : radiasi, bahan-bahan kimia)
Kedua faktor tersebut akan mempengarui aktifitas metabolisme sel  yang akan menyebabkan terjadinya stress oksidasi sehinga terjadi kerusakan pada sel yang menyebabkan terjadinya proses penuaan.
TEORI TELOMERE
Pada  ujung setiap kromosom, terdapat sekuen pendek DNA nontranskripsi yang  dapat diulang berkali-kali (TTAGGG), yang dikenal sebagai telomere. Sekuen telomere ini tidak seluruhnya terkopi sepanjang sintesis DNA menuju  ke  mitosis. Sebagai hasilnya, ekor untaian tunggal DNA ditinggal di ujung  setiap kromosom; ini akan dibuang dan, pada setiap pembelahan sel,  telomere menjadi pendeksel . Pada saat sel somatik  bereplikasi,  satu potongan kecil tiap susunan telomere tidak berduplikasi, dan  telomere memendek secara progresif. Akhirnya , setelah pembelahan sel  yang multiple, telomere yang terpotong parah diperkirakan mensinyal  proses penuaan sel. Namun demikian, pada sel germ dan sel stem panjang  telomere diperbaiki setelah pembelahan tiap sel oleh enzim khusus yang  disebut telomerase.
Pemendekan  telomere dapat menjelaskan batas replikasi (“Hayflick”) sel. Hal ini  didukung oleh penemuaan bahwa panjang telomer berkurang sesuai umur  individu darimana kromosom didapat. Dari pengamatan jangka panjang bahwa  fibroblast manusia dewasa normal pada kultur sel, memiliki rentang masa  hidup tertentu; fibroblast berhenti membelah dan menjadi menua setelah  kira-kira 50 kali penggandaan. Fibroblast neonatus mengalami sekitar 65  kali penggandaan sebelum berhenti membelah, sementara itu fibroblast  pada pasien dengan progeria, yang berusia premature, hanya memperlihatkan 35 kali penggandaan atau lebih. Menuanya fibroblas manusia dalam biakan  dapat  dihindari secara parsial dengan melumpuhkan gen RB dan TP 53. Namun sel  ini akhirnya juga mengalami suatu krisis, yang ditandai dengan  kematiaan sel masif.
TEORI “ WEAR AND TEAR”
Teori  “Wear and Tear” disebut juga teori “Pakai dan Lepas”. Teori ini memberi  kesan bahwa hilangnya sel secara normal akibat dari perubahan dalam  kehidupan sehari-hari dan penumpukan rangsang subletal dalam sel yang  berakhir dengan kegagalan sistem yang cukup besar sehingga keseluruhan  organisme akan mati.Teori ini memberikan penjelasan yang baik mengapa  kegagalan jantung dan system saraf sentral merupakan penyebab yang  sering pada kematian; sel-sel yang mempunyai fungsi penting pada  jaringan ini tidak mempunyai kemampuaan regenerasi.Teori ini sama sekali  tergantung pada pandangan statistik penuaan. Pada teori ini kita  mempunyai harapan hidup yang sama bagi setiap individu, namun perubahan  panjang umur setiap individu diakibatkan oleh perubahan pola hidup dari  individu itu sendiri
Berbagai  mekanisme seluler dan subseluler yang diperkirakan sebagai penyebab  kesalahan penumpukan yang menyebabkan terjadinya penuaan sel adalah:
-          ikatan silang protein
-          ikatan silang DNA
-          mutasi dalam DNA yang membuat gen yang penting tidak tersedia atau berubah fungsinya
-          kerusakan mitokondria
-          cacat lain dalam penggunaan oksigen dan nutrisi  
TEORI  RADIKAL BEBAS
Berdasarkan penelitian Gomberg dan ilmuwan lainnya, istilah radikal bebas diartikan sebagai  molekul  yang relatif tidak stabil, mempunyai satu atau lebih elektron yang  tidak berpasangan diorbit luarnya. Molekul tersebut bersifat reaktif  dalam mencari pasangan elektronnya. Jika sudah terbentuk dalam tubuh  maka akan terjadi reaksi berantai dan menghasilkan radikal bebas baru  yang akhirnya jumlahnya terus bertambah.
Oksigen  yang kita hirup akan diubah oleh sel tubuh secara konstan menjadi  senyawa yang sangat reaktif , dikenal sebagai senyawa reaktif oksigen  yang diterjemahkan dari reactive oxygen species (ROS), satu  bentuk radikal bebas. Peristiwa ini berlangsung saat proses sintesa  energi oleh mitokondria atau proses detoksifikasi yang melibatkan enzim  sitokrom P-450 di hati. Produksi ROS secara fisiologis ini merupakan  konsekuensi logis dalam kehidupan aerobik.
Sebagian  ROS berasal dari proses fisiologis tersebut (ROS endogen) dan lainnya  adalah ROS eksogen, seperti berbagai polutan lingkungan (emisi kendaraan  bermotor dan industri, asbes, asap rokok dan lain-lain), radiasi  ionisasi, infeksi bakteri, jamur dan virus, serta paparan zat kimia (  termasuk obat) yang bersifat mengoksidasi. Ada  berbagai jenis ROS, contohnya adalah superoksida anion, hidroksil,  peroksil, hydrogen peroksida, singlet oksigen, dan lain sebagainya.
Didalam  tubuh manusia sendiri juga dilengkapi oleh system defensive terhadap  radikal bebas tersebut berupa perangkat antioksidan enzimatis  (gluthatione, ubiquinol, catalase, superoxide dismutase,  hydroperoksidase dan lain sebagainya). Antioksidan enzimatis endogen ini  pertama kali dikemukakan oleh J.M. Mc Cord dan I.Fridovich yang  menemukan enzim antioksidan alami dalam tubuh manusia dengan nama superoksida dismutase (SOD).  Hanya dalam waktu singkat setelah teori tersebut disampaikan,  selanjutkan ditemukan enzim-enzim antioksidan endogen lainnya seperti  glutation peroksidase dan katalase yang mengubah hydrogen peroksidase  menjadi air dan oksigen.
Sebenarnya  radikal bebas, termasuk ROS, penting artinya bagi kesehatan dan fungsi  tubuh yang normal dalam memerangi peradangan, membunuh bakteri, dan  mengendalikan tonus otot polos pembuluh darah dan organ-organ dalam  tubuh kita. Namun bila dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi  antioksidan seluler, maka dia akan menyerang sel itu sendiri. Struktur  sel yang berubah turut merubah fungsinya, yang akan mengarah pada proses  munculnya penyakit.
Stress  oksidatif (oksidative stress) adalah ketidak seimbangan antara radikal  bebas (prooksidan) dan antioksidan yang dipicu oleh dua kondisi umum:
-          kurangnya antioksidan
-          Kelebihan produksi radikal bebas
Keadaan  stress oksidatif membawa pada kerusakan oksidatif mulai dari tingkat  sel, jaringan hingga ke organ tubuh, menyebabkan terjadinya percepatan  proses penuaan dan munculnya penyakit.Teori penuaan dan radikal bebas  pertama kali digulirkan oleh Denham Harman dari University of Nebraska  Medical Center di Omaha, AS pada 1956 yang menyatakan bahwa tubuh  mengalami penuaan karena serangan oksidasi dari zat-zat perusak.
TEORI GENETIKA
Proses  penuaan kelihatannya mempunyai komponen genetik. Hal ini dapat dilihat  dari pengamatan bahwa anggota keluarga yang sama cenderung hidup pada  umur yang sama dan umurnya mempunyai umur yang rata-rata sama, tanpa  mengikut sertakan meninggal akibat kecelakaan dan penyakit. Mekanisme  penuaan yang jelas secara genetik belumlah jelas, tetapi penting jadi  catatan bahwa lamanya hidup kelihatannya diturunkan melalui garis wanita  dan seluruh mitokondria mamalia berasal dari telur dan tidak ada  satupun dipindahkan melalui spermatozoa. Pengalaman kultur sel sugestif  bahwa beberapa gen yang mempengaruhi penuaan terdapat pada kromosom 1,  tetapi bagaimana cara mereka mempengaruhi penuaan masih belum jelas.  Disamping itu terdapat juga “eksperimen alami” yang baik dimana beberapa  manusia dengan kondisi genetik yang jarang (progerias)  seperti sindroma Werner menunjukkan penuaan yang premature dan  meninggal akibat penyakit usia lanjut seperti ateroma derajat berat pada  usianya yang masih belasan tahun atau permulaan remaja.Serupa dengan  itu, penderita sindroma Down pada umumnya proses penuaannya lebih cepat  dibandingkan dengan populasi lain. Disamping itu fibroblasnya mampu  membelah dalam jumlah lebih sedikit di dalam kultur dibandingkan dengan  control yang umurnya sama. Tetapi ini masih sangat jauh dari bukti akhir  bahwa penuaan merupakan kondisi genetik; hal ini hanya menunjukkan  kepada kita bahwa beberapa bentuk penuaan dipengaruhi oleh mekanisme  genetik.
TEORI PEROSES PENUAAN YANG LAIN
Ada beberapa teori proses penuaan yang lain yaitu :
- Teori mutasi somatik
 
Teori ini mengemukakan bahwa proses penuaan diakibatkan oleh kerusakan pada integritas genetik sel-sel tubuh itu.
- Teori akumulasi kesalahan
 
Teori  ini mengemukakan bahwa proses penuaan diakibatkan adanya kesalahan pada  kode genetic yang berangsur-angsur rusak yang kemudian menumpuk dan  menyebabkan rusaknya kode genetic tersebut.
- Teori akumulasi sampah
 
Menurut  teori ini proses penuaan disebabkan karena menumpuknya sisa-sisa  pembuangan (sampah metabolisme) yang akhirnya menyebabkan kerusakan pada  sistem metabolisme.
- Teori Autoimune
 
Penuaan  yang terjadi disebabkan karena terbentuknya autoantibodi yang menyerang  jaringan tubuh itu sendiri. Hal ini dapat terlihat pada radang lambung  atropi, Hashimoto tiroiditis.
- Teori “Aging Clock”
 
Teori  ini mengemukakan bahwa proses penuaan disebabkan karena suatu urutan  yang telah terprogram, seperti halnya jam, dimana telah diatur oleh  saraf atau sistem endokrin kita.Sel-sel membelah dan terjadi pemendekan  dari telomer ini seperti jam yang telah diatur waktunya.
- Teori “cross-linkage”
 
Penuaan terjadi karena akumulasi dari cross-linkage yang mana akan menghalangi fungsi sel normal
- Mitohormesis
 
Sejak  tahun 1930 diketahui bahwa membatasi asupan kalori mencegah timbulnya  proses penuaan. Baru-baru ini, Michael Ristow menunjukkan bahwa  penundaan proses penuaan dapat dilakukan dengan meningkatkan antioksidan  yang menghambat pembentukan radikal bebas dalam mitokondria.
SINDROMA PROSES PENUAAN YANG PREMATUR
Ada  beberapa penyakit genetik yang menunjukan adanya proses penuaan yang  prematur. Tanda-tanda dari penyakit ini adalah dijumpainya rambut yang  beruban, mengkerutnya kulit, dan pendeknya masa hidup dari penderita  tersebut. Pada beberapa kasus hal ini dapat terjadi karena mutasi dari  gen. Adapun proses penuaan yang premature tersebut dapat kita lihat  pada:
-          Werner’s syndrome
Pada  penderita ini kelihatan pada rambut mereka telah beruban pada usia 20  tahun dan penderita umumnya meninggal pada usia 40 tahun. Tanda-tanda  proses penuaan seperti osteoporosis, katarak, dan arterosklerosis dapat  terlihat pada penderita. Meskipun pada waktu mudanya, sel-sel juga  mengalami replikasi penuaan namun hanya sebanyak 20 kali, sedangkan  yangnormal mencapai 70 kali atau lebih. Hal ini disebabkan oleh mutasi  di WRN, dimana WRN ini diperlukan untuk perbaikan dan pemeliharaan DNA yang terdapat di telomere.
-          Cockayne syndrome (CS)
      Terjadi karena mutasi pada gen-gen yang berfungsi pada perbaikan DNA yaitu    
      pada saat terjadi transkripsi DNA. Pada penderita ini hanya menunjukkan 
      beberapa  tanda proses penuaan, namun proses kematian sangatlah cepat pada      
      penderita ini.
-          Ataxia telangiectasia (AT)
Penderita  menunjukkan proses penuaan yang premature hal ini disebabkan karena  kerusakan pada fungsi gen yang mendeteksi kerusakan DNA (ATM) sehingga  gen gagal memulai untuk proses perbaikan selnya.
-          Hutchinson – Gilford progeria syndrome.
Anak-anak  yang menderita sindroma ini akan menunjukkan tanda-tanda proses penuaan  premature yang parah sejak mereka dilahirkan dan penderita akan  meninggal setelah mereka berumur belasan tahun. Disebabkan oleh mutasi  gen (LMNA) untuk lamin yang berfungsi menstabilkan membrane dalam dari  pembungkus inti sel. Sebagaimana telah diketahui bahwa replikasi,  transkripsi, dan perbaikan dari DNA berlangsung di bagian dalam dari  inti sel, sedangkan pada penderita sindroma ini terjadi peningkatan  kerusakan pada DNA dan kerusakan pada ekspresi gen.
Dari  sindrom penuaan yang premature ini terlihat bahwa terjadinya mutasi  bukan seluruhnya pada sel, tetapi terjadi mutasi pada gen-gen yang  bertanggung jawab pada proses replikasi,  perbaikan, dan transkripsi dari dari seluruh gen. 
ANTI AGING
Pada  penderita proses penuaan yang premature terapi yang maksimal belumlah  dijumpai, namun dengan diketahuinya bahwa adanya enzim telomerase yang  menghambat pemendekan telomere ini,maka para ilmuwan masih berusaha  untuk membentuk suatu substrat yang bekerja seperti enzim telomerase  tersebut.
Namun penghambatan proses penuaan pada sel-sel yang normal telah banyak ditemukan dengan munculnya produk-produk anti aging. 
Dugaan  bahwa radikal bebas tersebar dimana-mana, pada setiap kejadian  pembakaran seperti merokok, memasak, pembakaran bahan baker pada mesin  dan kendaraan bermotor. Paparan sinar ultraviolet yang terus-menerus,  pestisida dan pencemaran lain di dalam makanan kita, bahkan karena  olahraga yang berlebihan, menyebabkan tidak ada pilihan selain tubuh  harus melakukan tindakan protektif. Langkah yang tepat untuk menghadapi  banyaknya radikal bebas tersebut adalah dengan mengurangi paparannya  atau mengoptimalkan pertahanan tubuh melalui aktivitas antioksidan.
Selain  jenis antioksidan enzimatis seperti yang disebut di awal, dikenal pula  jenis antioksidan nonenzimatis. Jenis ini dapat berupa golongan vitamin,  seperti vitamin C, vitamin E serta golongan senyawa fitokimia seperti  senyawa fenolik. Senyawa fenolik ini banyak dijumpai pada sayuran,  buah-buahan, rempah-rempah dan sebagainya yang merupakan konsumsi  makanan kita sehari-hari.
 Suplemen  vitamin banyak beredar di pasaran dalam berbagai dosis. Namun perlu  diketahui, hingga saat ini para ahli masih sulit memastikan berapa  komposisi yang seimbang antara radikal bebas dan antioksidan di dalam  tubuh.Beberapa antioksidan dalam dosis tertentu bisa berubah sifat  menjadi prooksidan.